Perubahan iklim adalah masalah global yang mendesak yang mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari naiknya permukaan air laut hingga peristiwa cuaca ekstrem, dampak perubahan iklim semakin nyata. Namun, sebuah studi baru menunjukkan bahwa efek perubahan iklim dapat melampaui dampak fisik untuk memasukkan efek negatif pada kesehatan mental. Sebelum membaca lebih lanjut yuk mampir ke Mantap168
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini meneliti hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental di Amerika Serikat. Menggunakan data dari survei perwakilan nasional terhadap lebih dari 2 juta orang dewasa, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengalami suhu lebih panas dari rata-rata pada bulan sebelumnya lebih mungkin melaporkan gejala depresi dan kecemasan.
Para peneliti juga menemukan bahwa hubungan antara temperatur dan kesehatan mental paling kuat di antara orang-orang dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dampak negatif perubahan iklim terhadap kesehatan mental mungkin dirasakan secara tidak proporsional oleh masyarakat yang kurang beruntung.
Meskipun studi ini adalah yang pertama meneliti hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental dalam skala nasional, ini bukan yang pertama menunjukkan bahwa kedua masalah ini terkait. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan perubahan iklim dengan peningkatan tingkat gangguan stres pasca-trauma (PTSD), penyalahgunaan zat, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Satu penjelasan yang mungkin untuk hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental adalah stres dan kecemasan yang terkait dengan ketidakpastian dan ketidakpastian perubahan iklim. Karena dampak perubahan iklim menjadi lebih parah dan lebih sering, orang mungkin merasa semakin cemas dan tidak berdaya menghadapi masa depan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan depresi dan putus asa.
Penjelasan lain yang mungkin adalah dampak fisik dari perubahan iklim, seperti peristiwa cuaca ekstrim dan bencana alam. Peristiwa ini dapat menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat, menyebabkan trauma, kehilangan, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Terlepas dari mekanisme spesifik yang terlibat, faktanya tetap bahwa perubahan iklim berdampak negatif pada kesehatan mental masyarakat. Ini memiliki implikasi penting bagi kesehatan dan kebijakan publik.
Jika perubahan iklim berkontribusi pada peningkatan tingkat depresi dan kecemasan, maka mengatasi masalah ini membutuhkan lebih dari sekadar mengurangi emisi karbon. Ini juga membutuhkan pendekatan kesehatan mental yang komprehensif yang membahas tantangan khusus yang dihadapi oleh orang-orang yang tinggal di komunitas yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Ini dapat mencakup peningkatan investasi dalam layanan kesehatan mental, intervensi yang ditargetkan untuk mendukung komunitas yang rentan, dan kampanye pendidikan publik untuk meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan mental.
Pada saat yang sama, penting untuk melanjutkan upaya pengurangan emisi karbon dan mitigasi dampak perubahan iklim. Ini termasuk berinvestasi dalam energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari transportasi dan industri.
Pada akhirnya, mengatasi dampak kesehatan mental dari perubahan iklim akan membutuhkan pendekatan multi-cabang yang membahas aspek fisik dan psikologis dari masalah yang kompleks ini. Sementara tantangannya signifikan, taruhannya tinggi, dan urgensi situasi menuntut tindakan dari pembuat kebijakan, profesional kesehatan, dan masyarakat.
Saat dunia terus bergulat dengan dampak perubahan iklim, penting untuk diingat bahwa ini bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah manusia. Dengan bekerja sama mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan fisik dan mental, kita dapat menciptakan dunia yang lebih sehat dan tangguh bagi diri kita sendiri dan generasi mendatang.